DAFTAR
ISI
Sampul.............................................................................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................................................. ii
Daftar Isi...................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
A. Latar
Belakang ........................................................................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah .................................................................................................................. 1
C. Tujuan
....................................................................................................................................... 2
D. Manfaat
................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3
A. Sumber
Ajaran Akhlak Islam ....................................................................................... 3
B. Kedudukan
dan Keistimewaan Akhlak Islam ....................................................... 7
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan
................................................................................................................................. 13
B. Saran
............................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................... 14
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia tidak pernah tetap dalam
satu keadaan, tidak pernah merasa tenang dalam sesuatu suasana. Hanya senantiasa
terumbang-ambing oleh adanya perkara baru, bahkan ia gemar sekali berubah-ubah
dalam seribu macam corak atu menampakkan diri dalam seribu juta ragam bentuk
yang berbeda-beda.
Akhlak di dalam Islam itu adalah penting. Tujuan risalah
Islam itu sendiri adalah untuk menyempurnakan definisi Islam itu sendiri
dihubungkan dengan akhlak yang baik. Akhlak yang mulia ialah suatu perkara yang
mesti dititik beratkan demi mencapai kesempurnaan iman.
Oleh karena itu, kelompok kami mencoba membahas mengenai
“Sumber Ajaran Akhlak, Jedudukan dan Keistimewaan Akhlak Islam”. Karena dengan adanya akhlak yang luhur segala tingkah laku manusia akan
suci dan sesuai dengan jawatan yang telah dirahmatkan oleh Allah swt. ke
atasnya iaitu sebagai "khalifatullah fil ardh". Islam dengan
sungguh-sungguh berusaha untuk menjadikan ini satu kenyataan dengan jalaan
membentuk unsur-unsur yang kuat dan manusia yang soleh.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah
yang berjudul “Sumber Ajaran Akhlak, Jedudukan dan Keistimewaan Akhlak Islam”
adalag sebagai berikut:
1. Berasal
dari apasajakah sumber ajaran Akhlak Islam?
2. Bagaimanakah
kedudukan dan keistimewaan akhlak Islam?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah yang
berjudul “Sumber Ajaran Akhlak, Jedudukan dan Keistimewaan Akhlak Islam” adalah
sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui sumber ajaran akhlak Islam
2. Untuk
mengetahui kedudukan dam keistimewaan Akhlak Islam
D.
Manfaat
Adapun manfaat dari makalah yang
berjudul “Sumber Ajaran Akhlak, Jedudukan dan Keistimewaan Akhlak Islam” adalag
sebagai berikut:
1. Dapat
mengetahui sumber ajaran akhlak Islam.
2. Dapat
mengetahui kedudukan dan keistimewaan Akhlak Islam.
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Sumber
Ajaran Akhlak Islam
Yang di maksud
sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela.
Sebagaimana keseluruhan ajaran islam, sumber akhlak adalah Al- Qur’an dan
Sunnah bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep
etika dan moral. Dan bukan pula karena baik atau buruk dengan sendirinya
sebagaimana pandangan Mu’tazilah.
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan sumber akhlak
yang sangat akurat, sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Ahzab 21:
ô‰s)©9 tb%x. öNä3s9 ’Îû ÉAqß™u‘ «!$# îouqó™é& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöqu‹ø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ
Artinya :
“sesungguhnya telah ada pada diri
Rosulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap
rahmat Allah dan Kedatangan Hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah.”
Al-qur’an juga sebagai sumber utama dan pertama bagi
agama islam mengandung bimbingan, petunjuk penjelas dan pembeda antara yang hak
dan yang batil. Al-qur’an mengandung bimbingan tentang hubungan manusia dengan
SWT., Tuhan Maha Pencipta, maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Sebagai contoh,
Allah mengemukakan dalam Al-Qur’an tentang seseorang yang ingin memohon
pertolongan, sebagaimana dalam QS. Al Baqarah : 45 :
Artinya :
Jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyu',
Allah juga menegaskan, bahwa manusia dalam kehidupannya
mempunyai kedudukan yang sangat mulia, serta bentuk yang amat indah. Tetapi
kelak akan dikembalikan pada keadaan yang amak buruk, kecuali orang yang
beriman kepada Allah SWT. dan beramal
shaleh.
Al-Qur’an juga sebagai sumber akhlak yang
berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan manusia. Sebagai contoh ayat yang
berkenaan dengan hubungan antar sesama manusia antara lain (QS. Muhammad :22) :
Artinya :
“Maka apakah kiranya jika kamu
berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan
kekeluargaan?”
Tentang hubungan manusia dengan
alam lingkungan, Al-Qur’an juga memuat bimbingannya. Sebagaimana disebutkan
dalam salah satu ayat(QS. Ar Rum: 41) :
AKIBAT YANG BURUK DAN YANG BERAKIBAT BAIK DARI PERBUATAN MANUSIA
Artinya :
“Telah nampak kerusakan di darat
dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan
kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar).”
Berdasarkan ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa akhlak dalam islam
yang menyangkut hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan
manusia dengan alam adalah sumber dari Al-Qur’anul Karim.
2. Sunnah
Seorang
mukmin yang memiliki budi pekerti yang baik adalah yang meneladani sikap dan
sifat Nabi Muhammad SAW.
Dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai baik atau
buruk, terpuji atau tercela, semata-mata karena Syara’ (Al-Qur’an dan Sunnah)
menilainya demikian. Kenapa sifat sabar, syukur, pemaaf, pemurah dan jujur
misalnya dinilai baik? Tidak lain karena Syara’ menilai sifat-sifat itu baik.
Begitu juga sebaliknya, kenapa pemarah, tidak bersyukur, dendam, kikir dan
dusta misalnya dinilai buruk? Tidak lain karena Syara’ menilainya demikian.
Apakah Islam menafikan peran hati nurani, akal dan pandangan
masyarakat dalam menentukan baik dan buruk? Atau dengan ungkapan lain dapatkah
ketiga hal tersebut dijadikan ukuran baik dan buruk?
Hati nurani atau fitrah dalam
bahasa Al-Qur’an memang dapat menjadi ukuran baik dan buruk karena manusia
diciptakan oleh Allah SWT memiliki fitrah bertauhid, mengakui ke-Esaan-Nya (QS.
Ar-Rum 30:30).
karena fitrah itulah manusia cinta kepada kesucian dan selalu
cenderung kepada kebenaran. Hati nuraninya selalu merindukan dan mendambakan
kebenaran, ingin mengikuti ajaran-ajaran Tuhan karena kebenaran itu tidak akan
didapat kecuali dengan Allah sebagai sumber kebenaran mutlak. Namun, fitrah
manusia tidak selalu terjamin, dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari
luar, kisahnya
pengaruh pendidikan dan lingkungan. Fitrah hanyalah merupakan potensi dasar
yang perlu dipelihara dan dikembangkan. Betapa banyak manusia yang fitrahnya
tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat lagi melihat kebenaran. Oleh sebab
itu, ukuran baik dan buruk tidak dapat
diserahkan sepenuhnya hanya kepada penilaian Syara’. Semua keputusan Syara’
tidak dapat bertentangan dengan hati nurani manusia karena kedua-duanya berasal dari sumber yang
sama, yaitu Allah SWT.
Demikian juga halnya dengan akal pikiran. Ia hanyalah salah
satu kekuatan yang dimiliki manusia untuk mencari kebaikan atau keburukan. Dan
keputusannya bermula dari pengalaman
empiris kemudian diolah menurut kemampuan pengetahuannya. Oleh karena itu
keputusan yang diberikan akal hanya bersifat spekulatif dan subyektif.
Demikianlah tentang hati nurani dan akal pikiran. Bagaimana
dengan pandangan masyarakat? Pandangan masyarakat juga bisa dijadikan salah
satu ukuran baik dan buruk, tetapi sangat relative, tergantung sejauh mana
kesucian hati nurani masyarakat dan kebersihan pikiran mereka dapat terjaga.
Masyarakat yang hati nuraninya sudah tertutup dan akal pikiran mereka sudah
dikotori oleh sikap dan perilaku yang tidak terpuji tentu tidak bias dijadikan
ukuran. Hanya kebiasaan masyarakat yang baiklah yang biasa dijadikan ukuran.
Dari uraian di atas
jelaslah bagi kita bahwa ukuran yang pasti (tidak spekulatif), obyektif,
komprehensif dan universal untuk menentukan baik dan buruk hanyalah Al-Qur’an
dan Sunnah, bukan yang lain-lainnya.
B.
Kedudukan
dan Kesitimewaan Akhlak Islam
Dalam keseluruhan ajaran Islam
akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting. Hal itu dapat
dilihat dalam beberapa nomor berikut ini:
1. Rasulullah SAW menempatkan
penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi pokok Risalah Islam. Beliau bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR.
Baihaqi)
2. Akhlak merupakan salah satu ajaran
pokok agama Islam
Sehingga Rasulullah saw pernah
mendefisinikan agama itu dengan akhlak yang baik (husn al-khuluk).
Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW:
“Ya Rasulullah, apakah agama itu?
Beliau menjawab: (Agama adalah) akhlak yang baik.”
Pendefisinian agama (Islam) dengan
akhlak yang baik itu sebanding dengan pendefinisian ibadah haji dengan wukuf di
‘Arafah. Rasulullah saw menyebutkan, “Haji adalah Wukuf di Arafah.” Artinya
tidak syah haji seseorang tanpa wukuf di Arafah.
3. Akhlak yang baik akan memberatkan
timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat.
Rasulullah bersabda:
“Tidak ada satupun yang akan lebih
memberatkantimbangan (kebaikan) seorang hamba mukmin nanti pada hari kiamat
selain dari akhlak yang baik…” (HR.
Tirmidzi).
Dan orang yang paling dicintai serta
paling dekat dengan Rasulullah SAW nanti pada hari kiamat adalah yang paling
baik akhlaknya. Abdullah ‘Umar berkata:
“Aku mendengar Rasululla saw bersabda:
“Maukah kalian aku beritahukan siapa diantara kalian yang paling aku cintai dan
yang paling dekat tempatnya denganku nanti pada hari kiamat?” Beliau mengulangi
pertanyaan itu dua atau tiga kali. Lalu sahabat-sahabat menjawab: “Tentu ya
Rasulullah.” Nabi bersabda:”Yaitu
yang paling baik akhlaknya di antara kalian.” (HR. Ahmad)
4. Rasulullah saw menjadikan baik buruknya
akhlak seseorang sebagai ukuran kualitas imannya.
Hal ini dapat kita perhatikan dalam
beberapa hadist berikut ini:
a)
Rasulullah
saw bersabda:
“Orang mukmin yang paling sempurna
imannya adlah yang baik
akhlaknya.” (HR.Tirmidzi)
b)
Rasulullah
saw bersabda:
“Rasa malu dan iman itu sebenarnya
berpadu menjadi satu, maka bilamana lenyap salah satunya hilang pulalah yang
lain.”
(HR. Hakim dan Thabrani)
c)
Rasulullah
saw bersabda:
“Demi Allah , dia tidak beriman! Demi Allah, dia tidak
beriman! Demi Allah, dia tidak beriman!
Seorang sahabat bertanya:”Siapa dia(yang tidak beriman itu)
ya Rasulullah?
Beliau menjawab: Orang yang tetanggganya tidak aman dari
keburukannya.”
(HR. Bukhari)
d)
Rasuullah
saw bersabda:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka
hendaklah ia berkata yang baik atau diam. Barang siapa yang beriman kepada
Allah, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Barang siapa yang beriman
kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Demikianlah nampak bagi kita dalam beberapa teks hadist di
atas bahwa Rasulullah saw mengaitkan antara rasa malu, adab berbicara dan sikap
terhadap tamu dan tetangga misalnya dengan eksistensi dan kualitas iman
seseorang.
5. Islam menjadikan akhlak yang baik
sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah SWT.
Misalnya shalat, puasa, zakat dan haji. Perhatikanlah
beberapa nash berikut ini:
a)
Firman Allah SWT:
“…dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah
dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.”(QS.Al-‘Ankabut 29:45)
b)
Sabda
Rasulullah saw:
“Bukanlah puasa itu hanya menahan makan dan minum saja tapi
puasa itu menahan diri dari perkataan kotor dan keji. Jika seseorang
mencaciatau menjahilimu maka katakanlah: Sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR.Ibnu Khuzaimah)
c)
Firman
Allah SWT:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan
mensucikan mereka…”(QS.At-Taubah 9:103)
d)
Firman
Allah SWT:
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Barang
siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, mak tidak
boleh rafats (mengeluarkan perkataan yang menimbulkan birahi yang tidak senonoh
atau bersetubuh0 bebat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan
haji…” (QS.Al-Baqarah
2:197)
Dari beberapa ayat dan hadist di atas dapat melihat adanya
kaitan langsung antara shalat, puasa, zakat dan haji dengan akhlak. Seorang
yang mendirdikan shalat tentu tidak akan mengerjakan segala perbuatan yang
tergolong kei dan mungkar. Sebaba apalah arti shalatnya kalau dia tetap saja
mengerjakan kekejian dan kemungkaran. Seorang yang benar-benar berpuasa demi
mencari ridho Allah SWT, di samping menahan keinginanya untuk makan dan
minum, tentu juga akan menahandirinya dari segal kata-kata yang kotor dan
perbuatan yang tercela. Sebab tanpa meninggalkan perbuatan yang tercela itu dia
tidak akan mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya rasa lapar dan haus
semata. Begitu juga dengan ibadah zakat dan haji, dikaitkan oleh Allah SWT
hikmahnya dengan aspek akhlak. Ringkasnya, akhlak yang baik adalah buah dari
ibadah yang baik, atau ibadah yang baik dan diterima oleh Allah SWT tentu akan
melahirkan akhlak yang baik dan terpuji.
6. Nabi Muhammad saw slalu berdoa agar
Allah SWT membaikkan akhlak beliau.
Salah satu doa beliau adalah:
“(Ya Allah) tunjukilah aku (jalan
menuju) akhlak yang baik, karena sesungguhnya tidak ada yang dapat memberi
petunjuk (menuju jalan) yang lebih baik selain Engkau. Hindarkanlah aku dari
akhlak yang buruk, karena sesungguhnya tidak ada yang dapat menghindarkan aku
dari akhlak yang buruk kecuali Engkau.” (HR.Muslim)
7. Di dalam Al-Qur’an banyak terdapat
ayat-ayat yang berhubungan dengan akhlak baik berupa perintah untuk berakhlak yang baik serta pujian
dan pahala yang diberikan kepada orang-orang yang mematuhi perintah itu, maupun
larangan berakhlak yang buruk serta celaan dan doa bagi orang-orang yang
melanggarnya. Tidak diragukan lagi bahwa banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an tentang
akhlak ini membuktikan betapa pentingnya kedudukan akhlak di dalam Islam.
Demikianlah antara lain beberapa hal
yang menjelaskan kepada kita kedudukan dan keistimewaan akhlak di dalam Islam. Sebagai kesempurnaan hidup seorang
manusia." Bertakwalah kepada Allah di manapun kamu berada dan iringalah
keburukan dengan kebaikan , kebaikan akan menghapuskanya dan jauhilah manusia
dengan akhlak yang baik.
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah kami yg
berjudul “Sumber Ajaran Akhlak, Jedudukan dan Keistimewaan Akhlak Islam” adalag
sebagai berikut:
1. Sumber akhlaq adalah yang menjadi ukuran
baik dan buruk atau mulia dan tercela
2. Sumber akhlaq adalah Al-Qur’an dan Hadist,
bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan
moral.
3. Didalam
islam, akhlak itu mempunyai
kedudukan yang tinggi sekali.
4. Akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok
agama Islam, sehingga Rasulullah pernah mendefinisikan agama dengan akhlaq yang
baik,
B. Saran
Adapun saran dari makalah kami yg berjudul “Sumber Ajaran
Akhlak, Kedudukan dan Keistimewaan Akhlak Islam” adalag sebagai berikut:
1. Hendaknya pembaca tidak sekedar
mampu mengetahui Akhlak tersebut tapi juga harus mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehar-hari.
2. Sebaiknya buku mengenai Akhlak terutama
mengenai sumber ajaran, kedudukan dan keistimewaan Akhlak Islam lebih
diperbanyak lagi di perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
diakses
tanggal 12 Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar